Kamis, 28 Februari 2013

Makalah Bahasa Indonesia



A.    Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunkasi dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, setiap masyarakat memiliki bahasa, meskipun wujudnya tidak selalu sama. Bahasa dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan merupakan bahasa primer. Sebaliknya, bahasa tulis merupakan bahasa sekunder. Meskipun sebagai bahasa sekunder, bukan berarti manfaatnya dapat diabaikan. Ada banyak hal yang dapat disampaikan dengan bahasa tulis. Bahkan, sesuatu yang sulit diungkapkan secara lisan, sering kali mudah diungkapkan dengan bahasa tulis. Berbagai informasi  penting sering kali juga lebih efektif jika disampaikan dengan bahasa tulis.
Penggunaan bahasa tulis, antara lain, dapat kita temukan dalam teks berita, slogan atau poster, dan buku pengetahuan populer. Penggunaan bahasa tersebut diwujudkan dalam beragam kalimat. Perbedaan ragam kalimat yang digunakan pada koran, slogan atau poster, dan buku ilmu pengetahuan populer, menunjukkan bahwa kalimat dapat disusun sedemikian rupa untuk berbagai tujuan.
Dalam bahasa indonesia ada bermacam-macam jenis kalimat atau ragam kalimat, jenis atau ragam kalimat yang akan kita gunakan dapat ditentukan berdasarkan maksud yang ingin kita sampaikan melalui kalimat tersebut. Misalnya, untuk bertanya, kita dapat menggunakan kalimat tanya yang merupakan bagian dari ragam kalimat berdasarkan makna yang ditimbulkannya atau berdasarkan isi dan intonasinya. Dalam makalah ini akan diuraikan ragam kalimat berdasarkan jumlah klausa dan hubungan antarklausa yang terfokus pada kalimat majemuk.
B.     Pembahasan
  1. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau lebih yang dipadukan menjadi satu.[1] Dalam pengertian lain disebutkan, Kalimat majemuk merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal. Kalimat yang baru mengandung dua atau lebih klausa[2] kalimat. Penggabungan dua klausa itu ditandai dengan penggunaan kata penghubung (konjungsi).[3]
Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan kedudukan klausanya terdapat dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Dua jenis kalimat majemuk tersebut akan diuraikan lebih rinci pada pembahasan di bawah ini:
a.      Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa dan hubungan klausa-klausa tersebut setara atau sederajat.[4] Kalimat majemuk setara juga diartikan sebagai kalimat majemuk yang mengandung beberapa pola kalimat dalam hubungan setara. Kalimat tersebut merupakan gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara.[5] Kalimat majemuk setara digolongkan kedalam empat bagian, yakni:
1)   Kalimat majemuk setara penjumlahan
Kalimat majemuk setara penjumlahan disusun dengan menggabungkan dua klausa menggunakan kata hubung dan, lagi, selain, dan sesudah itu. Kata hubung lain yang biasa dipakai dalam kalimat majemuk setara penjumlahan adalah kata hubung serta, dan lagi, lagi pula, di samping, tambahan pula, dan tambahan lagi.
Contoh:
a)      Adik makan roti dan minum susu.
b)      Ayu membersihkan rumah dan menyapu halaman.
2)   Kalimat majemuk setara memilih
Kata hubung yang digunakan dalam kalimat majemuk setara memilih adalah atau, dan baik..........maupun.
Contoh:
a)      Kamu akan belajar atau bermain.
b)      Baik ayah maupun ibu memintaku segera pulang.
3)   Kalimat majemuk setara mempertentangkan
Kalimat majemuk setara mempertentangkan atau makna perlawanan menggunakan kata hubung  tetapi, namun, meliankan, padahal, hanya, walaupun, dan sedang.
Contoh:
a)      Bajunya sudah dicuci, tetapi masih kotor.
b)      Tugasnya belum selesai, padahal harus segera dikumpul.
4)   Kalimat majemuk setara perurutan
Kalimat majemuk setara perurutan ditandai dengan kata hubung lalu, kemudian dan lantas.
Contoh:
a)      Jali mengambil air wudhu, lalu masuk ke mushala.
b)      Doni makan siang kemudian beristirahat.
b.      Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terdiri atas satu klausa bebas dan satu atau beberapa klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk bertingkat disebut induk kalimat. Adapun klausa terikatnya disebut anak kalimat.[6] Kalimat majemuk bertingkat didapatkan dengan menggabungkan dua klausa yang tidak setara.
Contoh: Budi menaikai tangga dengan hati-hati
agar tidak jatuh
Penjabaran kalimat tersebut:
Organization Chart
Induk kalimat
Anak kalimat

Sama halnya dengan kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat juga ditandai dengan penggunaan kata penghubung. Setiap kata penghubung menandai makana yang berbeda. Berikut ini kelompok kata penghubung yang dimaksud beserta makna yang ditimbulkannya:
1)      Makna ’waktu’
a)      Kata penghubung yang menyatakan ’waktu permulaan’ meliputi semenjak sedari, dan sejak.
Contoh:
- Semenjak lulus SMA, Lani merantau ke Bandung.
b)      Kata penghubung yang menyatakan ’waktu bersamaan’ meliputi sewaktu, ketika, tatkala, seraya, sambil, selagi, sementara, dan selama.
Contoh:
- Zainal berlari seraya menyenandungkan lagu.
c)      Kata penghubung yang menyatakan ’waktu berurutan’ meliputi setelah, sebelum, begitu, sesudah, dan seusai.
Contoh:
- Seusai salat, Mutofa berzikir.
2)      Makna ’syarat’
Kata penghubung yang menimbulkan makna syarat meliputi jikalau, seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, dan bilamana. Dalam penggunaannya kata penghubung tersebut bisa saling menggantikan.
Contoh:
- Kami pasti akan datang jikalau diundang.
3)      Makna ’tujuan’
Kata penghung untuk menyatakan tujuan atau makna tujuan meliputi agar, biar, dan supaya.
Contoh:
- Rumah itu direnivasi agar layak dihuni.
4)      Makna ’konsesif’ (menyatakan kondisi yang berlawanan)
Kata penghubung yang menyatakan kondisi yang yang berlawanan (konsesif) meliputi walau, walaupun, kendati, kendatipun, meski, meskipun, dan sungguhpun.
Contoh:
- Walau dengan modal terbatas, dia nekat membuka warung.
5)      Makna ’pembandingan’
Kata penghubung yang menyatakan makna pembandingan meliputi seperti, ibarat, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, dan alih-alih
Contoh:
- Wajah dua bersaudara kembar itu laksana pinang dibelah dua.
6)      Makna ’sebab’
Kata penghubung yang menyatakan makna sebab meliputi karena, oleh karena, lantaran, sebab, berkat, dan akibat. Dua kata penghubung terakhir digunakan untuk menyatakan keberhasilan (berkat) dan hal yang tidak menyenangkan (akibat).
Contoh:
- Wajah andi pucat lantaran sakit.
- Ia berhasil meraih gelar juara berkat ketekunannya dalam berlatih.
7)      Makna ’akibat’
Kata penghubung yang menandai makna akibat meliputi hingga, sehingga, sampai, sampai-sampai, dan maka.
Contoh:
- Perselisihan kedua warga itu makin meruncing hingga kepala desa turun tangan.
8)      Makna ’sangkalan’[7]
Kata penghubung untuk menyatakan makna sangkalan meliputi seakan, seakan-akan, dan seolah-olah.
Contoh:
Gusti meninggalkan teman-temannya seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
9)      Makna ’pengandaian’
Kata penghubung yang menyatakan pengandaian meliputi andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama.
Contoh:
- Andaikan aku punya sayap, aku akan terbang tinggi.
10)  Makna ’kenyataan’
Kata penghubung yang menyatakan makna kenyataan ada dua, yaitu: padahal dan sedangkan. Namun kedua kata penghubung ini tidak dapat saling menggantikan.
Contoh:
- Ayah diam saja, padahal beliau tahu aku dan adik bertengkar.
- Rina menggunakan kerudung putih, sedangkan rani kerudung biru.
11)  Makna ’penjelasan’
Kata penghubung yang menyatakan penjelasan hanya satu, yakni bahwa.
Contoh:
- Pengumumen itu itu menjelaskan bahwa semua siswa diwajibkan datang tepat waktu.
12)  Makna ’hasil’
Kata penghubungyang menyatakan hasil juga hanya satu yaitu makanya.
Contoh:
-    Jalan itu berlubang, makanya banyak pengendara motor yang terjatuh.

13)  Makna ’cara’
Kata penghubung yang menyatakan maknacara meliputi dengan dan tanpa.
Contoh:
-    Dengan mengedepankan mutu, Madrasah Tsanawiyah ini diminati banyak siswa.
-    Wajahmu sudah kelihatan putih tanpa kamu olesi dengan pemutih.
14)  Makna ’penerang’
Kata penghubung yang menyatan penerang adalah yang.
Contoh:
- Anak kecil yang bermain ditaman sekarang dirawat dirumah sakit.
15)  Makna ’perkecualian’
Kata penghubung yang menyatakan perkecualian meliputi kecuali dan selain.
Contoh:
- Para pedagang tidak mau pindah lokasi, kecuali ada jaminan ganti rugi.
- Selain mengunjungi Pantai Ancol, kami juga mengunjungi lokasi wisata lain.
16)  Makna ’lebih’[8]
Kata penghubung yang menyatakan makna lebih adalah bahkan.
Contoh:
- Rudi bersedia membantu, bahkan ia rela meminjamkan mobilnya.
C.    Penutup
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau lebih yang dipadukan menjadi satu. Dalam pengertian lain disebutkan, Kalimat majemuk merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal. Kalimat yang baru mengandung dua atau lebih klausa kalimat. Penggabungan dua klausa itu ditandai dengan penggunaan kata penghubung (konjungsi).
Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan kedudukan klausanya terdapat dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa dan hubungan klausa-klausa tersebut setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara juga diartikan sebagai kalimat majemuk yang mengandung beberapa pola kalimat dalam hubungan setara. Kalimat tersebut merupakan gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara. Kalimat majemuk setara digolongkan kedalam empat bagian, yakni: Kalimat majemuk setara penjumlahan, Kalimat majemuk setara mempertentangkan, dan Kalimat majemuk setara perurutan
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terdiri atas satu klausa bebas dan satu atau beberapa klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk bertingkat disebut induk kalimat. Adapun klausa terikatnya disebut anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat didapatkan dengan menggabungkan dua klausa yang tidak setara. Sama halnya dengan kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat juga ditandai dengan penggunaan kata penghubung. Setiap kata penghubung menandai makana yang berbeda.



[1]Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1990),  Cet. Ke-2, h. 381

[2]Klausa merupakan rangkaian dari sejumlah kata, klausa disebut juga bagian-bagian kalimat

[3]M. G. Hesti Puji Rastuti, Seni Menyusun Kalimat, (Jakarta: Permata Equator Media, 2008), h. 35

[4]Fajar Rachmawati, Ragam kalimat Nonsastra, (Klaten: PT. Citra Aji Parama, 2008), h. 21

[5]M. G. Hesti Puji Rastuti, et. al., Menjelajahi dan Mempelajari Kalimat, (Klaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 56
[6]Fajar Rachmawati, Ragam kalimat Nonsastra, Op. Cit., h. 22

[7]M. G. Hesti Puji Rastuti, et. al., Menjelajahi dan Mempelajari Kalimat, Op. Cit.,   h. 61-68, lihat juga M. G. Hesti Puji Rastuti, Seni Menyusun Kalimat, Op. Cit., h. 40-44

[8]M. G. Hesti Puji Rastuti, Berkreasi dengan kalimat,  (Klaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 51-58

KATA PENGHUBUNG INTERKALIMAT, ANTAR KALIMAT, DAN ANTAR PARAGRAF



KATA PENGHUBUNG
INTERKALIMAT,  ANTAR KALIMAT, DAN ANTAR PARAGRAF
BAB I
A.    Pendahuluan
Ketika anda menulis tentunya harus memperhatikan ejaan, tanda baca, dan penggunaan konjungsi, serta pilihan kata. Dalam penggunaan konjungsi, anda harus terlebih dahulu memahami fungsi konjungsi tersebut, misalnya: daripada untuk perlawanan, agar untuk tujuan, dan sebagainya. Nah, di bawah ini ditampilkan beberapa konjungsi beserta fungsinya.
Konjungsi disebut juga kata sambung atau kata penghubung. Kata penghubung adalah adalah kata tugas yang menghubungkan antarklausa, antarkalimat, atau antarparagraf. Kata penghubung antarklausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat berada di awal kalimat, dan kata penghubung antarparagraf berada di awal paragraf.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kata Penghubung
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung. Kata penghubung adalah kata tugas yang fungsinya menghubungkan antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Kata penghubung antarklausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat di awal kalimat ( setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru ), adapun kata penghubung antarparagraf letaknya di awal paragraf.[1]
Macam-macam kata penghubung dan fungsinya :
1.      Menyatakan gabungan : dan, lagi, lagi pula, serta
2.      Menyatakan pertentangan : tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, sedangkan, padahal
3.      Menyatakan waktu : apabila, bilamana, ketika, sebelum, sejak, sesudah
4.      Menyatakan tujuan : supaya, agar, untuk
5.      Menyatakan sebab : sebab, karena
6.      Menyatakan akibat : sehingga, sampai, akibat
7.      Menyatakan syarat : jika, kalau, apabila, asalkan
8.      Menyatakan tak bersyarat : walaupun, meskipun, biarpun
9.      Menyatakan pilihan : atau
10.  Menyatakan perbandingan : seperti, bagai, ibarat, serupa
11.  Menyatakan menguatkan : bahkan, apalagi
12.  Menyatakan rincian : yakni, adalah, yaitu, ialah
13.  Menyatakan penjelas/ penegas : bahwa
14.  Menyatakan urutan : mula-mula, lalu, kemudian
15.  Menyatakan pembatasan : kecuali, selain, asal
16.  Menyatakan penanda contoh : misalnya, umpama, contoh
17.  Menyatakan penanda pengutamaan : yang penting, yang pokok, paling utama, terutama
B.     Kata Penghubung Interkalimat
               Kata penghubung intrakalimat (antar klausa) adalah kata yang menghubungkan klausa  induk dan klausa anak.
Dalam intrakalimat (antar klausa) juga ada 2 jenis kata penghubung atau konjungsi, yaitu:
a)      Konjungsi koordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sederajat, diantaranya : dan, atau, tetapi, sedangkan, melainkan, lalu, kemudian, melainkan, padahal.
Contoh :
a. Paman memberi uang kepada Ani dan Ari.
b. Pandu anak yang pintar, tetapi kurang teliti dalam bekerja.
c. Kami datang ke rumah Riyan, lalu menanyakan keadaan Riyan pada ibunya.
b)      Konjungsi subordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak sama derajatnya.
Berikut adalah jenis-jenis konjungsi subordinatif:
Jenis
Contoh
1. Hubungan waktu

Sesudah, setelah, sebelum sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
2. Hubungan syarat
Jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala

3. Hubungan pengandaian

Anadaikan, sekiranya, seandainya, seumpamanya

4. Hubungan tujuan

Agar, biar, supaya

5. Hubungan konsesif

Biarpun, meskipun, sekalipun walau(pun), sunguhpun, kendatipun

6. Hubungan pemiripan

Seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana

7. Hubungan penyebaban

Sebab, karena, oleh karena

8. Hubungan pengakibatan

Sehingga, samapai(-sampai), maka(-nya)

9. Hubungan penjelasan

Bahwa

10. Hubungan cara
Dengan


Contoh :
a. Rendy bangun terlambat sehingga ia terlambat sampai sekolah.
b. Dia berdeklamasi seperti seorang penyair kendang.
c. Ayah pergi ke Kantor walaupun badannya kurang sehat.
Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata (di antaranya kata penghubung intrakalimat) yang didahului tanda koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
..., padahal ...
..., sedangkan ...
..., seperti ...
..., tetapi ...
..., yaitu/yakni ...[2]
Ada pula sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang tidak didahului tanda koma, tetap dalam kenyataannya sering disangka didahului koma. Mengapa demikian? Karena sebelum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diberlakukan (1972), kata-kata itu selalu didahului koma. Akan tetapi, menurut kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kata-kata itu [sekarang] tidak perlu didahului koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
... bahwa ...
... karena ...
... maka ...
... sehingga ...
C.     Kata Penghubung Antarkalimat
Ada sejumlah kata/frasa penghubung antarkalimat dalam bahasa Indonesia yang diikuti tanda koma jika digunakan pada awal kalimat. Kata-kata dan frasa-frasa tersebut didaftarkan berikut ini.
Agaknya, ...
Akan tetapi, ...
Akhirnya, ...
Akibatnya, ...
Artinya, ...
Biarpun begitu, ...
Biarpun demikian, ...
Berkaitan dengan itu, ...
Dalam hal ini, ...
Dalam hubungan ini, ...
Dalam konteks ini, ...
Dengan demikian, ...
Dengan kata lain, ...
Di samping itu, ...
Di satu pihak, ...
Di pihak lain, ...
Jadi, ...
Jika demikian, ...
Kalau begitu, ...
Kalau tidak salah, ...
Kecuali itu, ...
Lagi pula, ...
Meskipun begitu, ...
Meskipun demikian, ...
Namun, ...
Oleh karena itu, ...
Oleh sebab itu, ...
Pada dasarnya, ...
Pada hakikatnya, ...
Pada prinsipnya, ...
Sebagai kesimpulan, ...
Sebaiknya, ...
Sebaliknya, ...
Sebelumnya, ...
Sebenarnya, ...
Sebetulnya, ...
Sehubungan dengan itu, ...
Selain itu, ...
Selanjutnya, ...
Sementara itu, ...
Sesudah itu, ...
Setelah itu, ...
Sesungguhnya, ...
Sungguhpun begitu, ...
Sungguhpun demikian, ...
Tambahan lagi, ...
Tambahan pula, ...
Untuk itu, ...
Walaupun demikian, ...[3]
Berikut adalah contoh konjungsi antarkalimat.[4]
Contoh
Makna
1) Biarpun demikian/begitu sekalipun      demikian/begitu walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu

Menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda atau pun bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya
2) Kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya
3) Tambahan pula, lagi pula, selain itu

Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.
4) Sebaliknya

Mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya
5) Sesungguhnya, bahwasanya

Menyatakan keadaan yang sebenarnya.
6) Malah(-an), bahkan

Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya
7) (akan) tetapi, namun, kecuali itu
Menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya
8) dengan demikian

Menyatakan konsekuensi
9) oleh karena itu, oleh sebab itu

Menyatakan akibat
10) sebelum itu
Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya

D.    Kata Penghubung Antarparagraf
Sebuah paragraf lazimnya disusun oleh kalimat-kalimat yang satu sama lain berhubungan sehingga membentuk kesatuan yang bersifat kohesif dan koheren.[5] Kalimat-kalimat itu dipertalikan dengan berbagai piranti yang cukup banyak (tidak kurang dari 15) jenisnya.[6] Salah satu alat pemadu kalimat-kalimat pembangun paragraf itu adalah penghubung antarkalimat atau lazim juga disebut ungkapan penghubung. Dalam kaitannya dengan perangkaian dengan penghubung antarkalimat, kata di mana yang merupakan penerjemahan langsung dari bahasa Inggris where juga menampakkan pengaruhnya.
Kata penghubung yang menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf berikutnya. Kata penghubung ini ditandai oleh kata (a) adapun, mengenai serta (b) alkisah, konon.
Kelompok kata penghubung (a) sering digunakan di dalam bahasa Indonesia. Kelompok kata (b) umumnya terdapat pada naskah karya sastra lama.
Berikut adalah contoh-contoh konjungsi yang lazim digunakan dalam hubungan antarparagraf.
a.       Konjungsi yang menyatakan tambahan pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya begitu pula, demikian juga, tambahan lagi, di samping itu, kedua, dan akhirnya.
b.      Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya: bagaimanapun juga, sebaliknya, dan namun.
c.       Konjungsi yang menyatakan perbandingan. Misalnya: sebagaimana dan sama halnya.
d.      Konjungsi yang menyatakan akibat atau hasil. Misalnya: oleh karena itu, jadi, dan akibatnya.
e.       Konjungsi yang menyatakan tujuan. Misalnya: untuk maksud itu, untuk mencapai hal itu, dan untuk itulah.
f.       Konjungsi yang menyatakan intensifikasi. Misalnya: ringkasnya, secara singkat, dan pada intinya.
g.      Konjungsi yang menyatakan waktu. Misalnya: sementara itu, dan kemudian.
Macam-macam kata penghubung berdasarkan fungsinya:
1)      Kata penghubung aditif (gabungan).
Kata penghubung koordinatif yang menghubungkan satuan kebahasaan yang sejajar, atau sederajat. Contohnya kata: dan, lagi, lagipula, serta.
2)      Kata penhubung pertentangan.
Kata penghubung koordinatif antar kalimat yang sederajat, namun mempertentangkan kehua bagian tersebut. Dengan kalimat kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada yang pertama. Contohnya kata: tetapi, akan tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, padahal, dan namun.
3)      Kata penghubung disjungtif (pilihan)
Kata penghubung koordinatif yang menggabungkan unsur sederajat dengan salah satu dari dua hal atau lebih. Contoh kata: atau, atau …atau.., maupun, baik…baik, dan entah…entah.
4)      Kata penghubung temporal (waktu)
Kata penghubung yang menjelaskan hubungan  waktu antara dua hal dan peristiwa. Kata-kata konjungsi itu ada yang menhubungkan hal-hal yang setara contohnya kata: apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak, semantara, seraya, waktu, setelah, sesudah, dan tatkala. Sementara konjungsi yang menggambarkan hubungan yang bertingkat adalah kata: sebelumnya dan sesudahnya.
5)      Kata penghubung final (tujuan)
Merupakan kata penghubung modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu acara atau tindakan. Contoh kata yang dipakai: supaya, untuk, agar, dan guna.
6)      Kata penhubung sebab (kausal)
Menjelaskan bahwwa suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab tertentu, contoh kata yang digunakan: sebab, sebab itu, karena, dan oleh karena itu.
7)      Kata penghubung akibat (konsekutif)
Konjungsi yang menggambarkan suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.
8)      Kata penghubung syarat (kondisional)
Konjungsi syarat yang menjelaskan suau hal bias terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh kata yang digunakan adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.
9)      Kata penghubung tak bersyarat
Kata penghubung yang menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa syarat-syarat yang harus dipenuhi. Contoh kata:walaupun, meskipun, dan biarpun.
10)  Kata penghubung perbandingan
Kata penghubung perbandingan yang berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara meperbandingkan dua hal tersebut. Contoh kata: sebagai, sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan, ibarat, umpama, dan daripada.
11)  Kata penghubung korelatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua buah kalimat yang memiliki hubungan sedemikian rupa sehingga salah satu mempengaruhi atau melengkapi yang lain. Contoh kata: semakin...semakin, kian…kian…, bertambah...bertambah…, tidak hanya…, tetapi juga…, sedemikian rupa…, sehingga …, baik…, dan maupun….
12)  Kata penghubung penegas (menguatkan atau mengintensifkan)
Konjungsi ini berfungsi sebagai menegaskan atau meringkas suatau hal yang telah disebut sebelumnya. Contoh kata: apalagi, yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.
13)  Kata penghubung penetapan
Konjungsi ini berfungsi unuk menegaskan atau meringkas suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya. Termasuk konjungsi hal-hal yang berupa rincian. Contoh kata: bahkan, apalagi, yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.
14)  Kata penghubung pembenaran (konsesif)
Konjungsi penjelas yang berfungsi menggabungkan  suatu kalimat dengan bagian penjelasnnya. Contoh kata: bahwa.
15)  Kata penghubung urutan
Konjungsi yang menyatakan urutan suatu hal. Contoh kata: mula-mula, lalu, kemudian.
16)  Kata penghubung pembatasan
Kata penghubung yang menyatakan pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat dilakukan. Contoh kata:  kecuali, selain, asal.
17)  Kata penghubung penanda
Konjungsi  ini menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal. Kata-kata yang ada dalam konjungsi ini adalah misalnya, umpama, dan contoh. Konjungsi  lain yang termasuk dalam jenis ini adalah konjungsi pengutamaan. Contoh kata: yang penting, yang pokok, paling utama, dan terutama.
18)  Kata penghubung situasi
Konjungsi yang menggambarkan suatu perbuatan yang terjadi, atau berlangsung dalam keadaan  tertentu. Contoh kata: sedang, sedangkan, padahal, dan sambil.[7]


BAB III
PENUTUP
Kata penghubung ialah kata atau kata-kata yang berfungi menghubungkan satuan gramatik yang satu dengan yang. lain untuk membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Satuan yang dihubungkan itu mungkin kalimat, klausa, frase, atau kata. Ditinjau dan pertaliannya, kata penghubung dapat dibedakan menjadi tujuh belas pertalian, yaitu: (1) pertalian penjumlahan, (2) pertalian perturutan, (3) pertalian pemilihan, (4) pertalian perlawanan, (5) pertalian lebih, (6) pertalian waktu, (7) pertalian perbandingan, (8) pertalian sebab, (9) pertalian akibat, (10) pertalian syarat, (11) pertalian pengandaian, (12) pertalian harapan, (13) pertalian penerang, (14) pertalian isi, (15) pertalian cara, (16) pertalian pengecualian, dan (17) pertalian kegunaan.
Kata penghubung" adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan antarklausa, antarkalimat dan antarparagraf sehingga dapat membentuk suatu cerita. kata penghubung dapat disebut juga "kata sambung" atau "konjungsi".
DAFTAR PUSTAKA
Pamusuk Este, Buku Pintar Penyusunan Naskah, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2005
Ramlan, M., Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam bahasa Indonesia, Yogyakarta: Andi, 1993
Verschueren, J., Understanding Pragmatics. London: Arnold, 1999
ON LINE


[2] Ibid
[3] Pamusuk Este, Buku Pintar Penyusunan Naskah, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2005,  hlm. 40
[5] Ramlan, M., Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi, 1993, hlm. 25

[6] Verschueren, J., Understanding Pragmatics. London: Arnold, 1999, hlm. 30